20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Boe Kie bangkit seraya berkata, Aku bukan murid Beng-kauw dan dengan mengingat ajaran<br />

Thay soehoe, akupun takkan masuk ke dalam kalangan Beng-kauw. Tapi sesudah membaca<br />

surat wasiat Yo Kauwcoe, aku yakin bahwa tujuan Beng-kauw adalah luhur dan lurus.<br />

Dengan demikian aku bertekad untuk menggunakan segenap te<strong>naga</strong>ku guna menyingkirkan<br />

salah pengertian berbagai partai dan mendamaikan permusuhan kedua belah pihak.<br />

Thio Kongcoe, kau mengatakan bahwa kau gagal dalam tiga belas kalimat, kata Siauw Ciauw.<br />

Mengapa kau tak mau mengaso dan sesudah segar baru mencoba lagi?<br />

Biar bagaimanapun juga, hari ini aku sudah berhasil dalam Sin-kang tingkat ketujuh, kata Boe<br />

Kie. Memang benar ada tiga belas kalimat yang dilompati dan dalam keseluruhannya masih<br />

terdapat suatu kekurangan. Tapi sebagaimana dikatakan dalam nyanyianmu sendiri, dalam<br />

dunia ini tak ada sesuatu yang sempurna. Mengapa aku ini tak bisa merasa puas? Apakah jasa<br />

dan kemuliaannya Thio Boe Kie sehingga ia mesti memiliki seluruh ilmu dari Beng-kauw?<br />

Aku menganggap pantas sekali, jika aku tak berhasil dalam tiga belas kalimat itu.<br />

Benar kata Kongcoe, jawab si nona yang lalu mengambil kulit kambing itu dari tangan Boe<br />

Kie dan minta diberitahukan kalimat-kalimat mana yang dimaksudkan itu. Diam-diam ia<br />

membaca ketiga belas kalimat itu beberapa kali.<br />

Perlu apa kau menghafal? tanya Boe Kie sambil tersenyum.<br />

Paras si nona berubah merah. Tak apa-apa, jawabnya dengan jengah. Aku hanya ingin tahu<br />

kalimat apa yang sedemikian sukar sehingga tak dapat dipecahkan olehmu sendiri. Tapi di<br />

dalam hatinya, Siauw Ciauw mempunyai maksud lain. Ia tahu bahwa pemuda itu seorang<br />

yang jujur dan jika mereka bisa keluar dari tempat itu, ia tentu akan menyerahkan kulit<br />

kambing itu kepada Yo Siauw. Ia menghafal tiga belas kalimat itu supaya kalau dikemudian<br />

hari Boe Kie mau mencoba lagi, ia bisa membantu biarpun kulit kambingnya sudah berada di<br />

tangan orang lain.<br />

Dengan mengenal batas, tanpa diketahui olehnya sendiri, Boe Kie telah menyelamatkan diri<br />

dari suatu bahaya.<br />

Dulu, tokoh yang membuat ilmu Kian koen Tay lo ie adalah seseorang yang memiliki te<strong>naga</strong><br />

dalam sangat tinggi tapi te<strong>naga</strong> dalamnya belum mencapai tingkat Kioe yang Sin-kang. Ia<br />

mengubah Sin-kang ketujuh tapi ia sendiri belum berhasil melatih seluruhnya. Ada beberapa<br />

bagian yang ditulis bukan berdasarkan kenyataan tapi khayalan yang keluar dari otaknya yang<br />

sangat cerdas. Tiga belas kalimat yang tidak dapat ditembus Boe Kie adalah bagian khayalan<br />

itu. Manakala Boe Kie tidak mengenal batas dan bertekad untuk memiliki seluruh ilmu, maka<br />

ia akan menyimpang ke jalan yang salah sehingga pada akhirnya ilmu itu akan makan tuan, ia<br />

bisa jadi gila atau binasa.<br />

Sesudah mengaso beberapa saat, Boe Kie dan Siauw Ciauw lalu mengubur kerangka Yo Po<br />

Thian dan istrinya dengan pasir dan batu-batu kecil. Sesudah itu mereka menghampiri pintu<br />

batu.<br />

Boe Kie menempelkan tangan kanannya pada pintu itu dan mendorong dengan menggunakan<br />

Kian koen Tay lo ie Sin-kang. Begitu didorong, pintu itu bergerak. Ia menambah te<strong>naga</strong> dan<br />

pintu lantas saja terbuka dengan perlahan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 734

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!