20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Selama beberapa tahun yang paling belakang, nama Jie Lian Cioe naik makin tinggi, sehingga<br />

malah para Ciang boen jin dari partai-partai ternama, seperti Koen loan, Khong dan<br />

sebagainya, menaruh hormat terhadapnya. Tapi, malam itu, ia tak mau berdiam lama-lama di<br />

Hoktie kouw karena melihat bayangan dua orang yang tidak ternama. Coei San mengerti<br />

bahwa sikap sang kakak itu adalah demi keselamatan keluarganya.<br />

Sementara itu, Lian Cioe sudah memanggil juragan perahu. Sambil mengangsurkan sepotong<br />

perak yang beratnya lima tahil, ia minta supaya perahu diberangkatkan sekarang juga.<br />

Meskipun lelah, melihat uang yang berjumlah besar itu, ia jadi girang dan mengiakan.<br />

Malam itu, rembulan memancarkan sinarnya yang gilang gemilang. Boe Kie sudah<br />

menggeros, sedang ayah bundanya bersama sang Jiepeh minum arak dikepala perahu sambil<br />

menikmati pemandangan malam yang sangat indah itu. Dengan hati lapang, mereka minum<br />

sambil beromong-omong.<br />

"Tak lama lagi Insoe berulang tahun yang ke seratus," kata Coei San. "Bahwa siauwtee<br />

keburu pulang untuk turut serta dalam pertemuan yang langkah itu merupakan bukti bahwa<br />

Langit menaruh belas kasihan atas diri siauwtee."<br />

"Hanya sayang kita tidak bisa menyediakan antaran yang sepantasnya," menyambungi si<br />

isteri.<br />

Lian Cioe tertawa seraya berkata: "Teesoe, apakah kau tahu, siapa diantara tujuh muridaya<br />

yang paling dicintai Insoe?"<br />

"Tentu saja Jiepah," jawabnya sambil bersenyum.<br />

Lian Cioe tertawa. "Teehoa nakal sekali," katanya. "Kau tahu, tapi kau sengaja mengatakan<br />

begitu. Diantara kami bertujuh orang, yang paling dicintai Insoe adalah suamimu yang<br />

tampan."<br />

So So girang bukan main. "Aku tak percaya," katanya dengan paras muka berseri-seri.<br />

"Diantara kami bertujuh setiap orang mempunyai keunggulan sendiri-sendiri," menerangkan<br />

Lien Cioe. "Toasoeko mempelajari kitab Ya keng dan sebagai manusia, ia rendah hati,<br />

sederhana besar jiwanya dan luas pemandangannya. Samtee seorang hati-hati dan pandai<br />

bekerja. Pekerjaan yang diberikan Insoe belum pernah digagalkan olehnya. Sietee berotak<br />

cerdas luar biasa. Lioktee unggul dalam ilmu pedang dan Cit tee belakangan ini telah<br />

mempelajari juga Gwakang (ilmu silat luar), sehingga ia akan mahir dalam ilmu dalam dan<br />

ilmu luar serta akan dapat menangkap te<strong>naga</strong> keras dan te<strong>naga</strong> lembek."<br />

"Bagaimana dengan Jiepeh sendiri?" tanya So So.<br />

"Aku berotak tumpul dan tak mempunyai keunggulan dalam apapun jua," jawabnya," jika Tee<br />

hoe ingin tahu juga, boleh dikatakan bahwa dalam pelajaran yang diturunkan oleh Soehoe,<br />

akulah yang paling giat mempelajarinya."<br />

So So bertepuk tangan. "Aku memang tahu, bahwa diantara Boe tong Cit hiap, Jiepeh yang<br />

ilmu silatnya paling tinggi," katanya sambil tertawa. "Tapi Jiepeh sangat merendahkan diri<br />

dan suka mengakuinya."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba <strong>29</strong>2

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!