20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sementara itu sejumlah serdadu Mongol sudah datang dan menyingkirkan bangkai2 kuda<br />

supaya arak-arakan tidak terhalang.<br />

Boe Kie dan Cie Jiak tak punya kegembiraan lagi untuk menonton kereta-kereta hias lewat<br />

tanpa diperhatikan mereka. Sesudah kereta hias, datanglah rombongan pendeta yang<br />

mengenakan jubah merah, diikuti oleh 2000 serdadu Gie lim koen yang bersenjata tombak<br />

dan 3000 serdadu pilihan yang bersenjata gendewa dan anak panah. Kemudian, diantara asap<br />

hio yaag mengepul keatas, berjalan rerotan joli dengan patung-patung malaikat, semuanya<br />

360 patung. Dengan paling dulu joli Kwan teeSeng koen (Kwan Kong ). Rakyat menyambut<br />

rerotan itu dengan mengucapkan doa, banyak diantaranya berlutut ditanah.<br />

Akhirnya, sesudah lewatnya barisan yang membawa alat-alat upacara, seperti kim koa (labu<br />

emas), kim toei (martil emas) dan sebagainya, rakyat bersorak, "Hongsiang! Hongsiang!"<br />

teriak mereka.<br />

Sebuah joli besar yang ditutup dengan sutera kuning dan digotong oleh 32 sie wie baju sulam<br />

kelihatan mendatangi. Joli itu joli kaisar. Boe Kie mengawasi dengan mata tajam. Ia<br />

mendapat kenyataan, bahwa kaisar itu pucat mukanya dan suatu tanda dari pelesir dan arak<br />

yang tidak mengenal batas. Putera mahkota mengikuti dengan menunggang kuda. Dengan<br />

menggendong gendewa tertawa emas, putera kaisar itu kelihatan gagah dan angker dan cocok<br />

untuk menjadi sesorang putera Mongol.<br />

“Kauwcoe," bisik Han Lim Jie, "mengapa kau tidak mau menggunakan kesempatan ini untuk<br />

membinasakan kaisar Tat coe itu?"<br />

"Hm!" jawabnya. Ia tidak bisa lantas mengambil keputusan dan lalu menimbang-nimbang<br />

baik tidaknya.<br />

"Dengan membinasakan dia Kauwcoe menyingkirkan satu bahaya bagi rakyat," bisik pula<br />

Han Lim Jie. "Biarpun dia banyak pengawalnya2, mana bisa menghalangi serangan<br />

Kauwcoe."<br />

Mendadak, seorang yang berdiri disebelah kiri Boe Kie, berbisik. "Tidak boleh! Jangan!"<br />

Boe Kie terkejut dan melirik orang itu, seorang penjual obat setengah tua . Sekonyongkonyong<br />

dia mengacungkan kedua jempolnya dan membuat tanda obor didepan dadanya.<br />

"Pheng Eng Giok menghadap kepada Kauwcoe," bisiknya.<br />

Boe Kie kegirangan dan berkata dengan suara tertahan. "Kau! ... Pheng ..."<br />

Pandai sungguh Pheng Hweeshio menyamar, sehingga Boe Kie yang berdiri disampingnya<br />

tidak dapat mengenalinya.<br />

"Disini bukan tempat bicara," bisik Pheng Eng Giok. "Kauwcoe tidak beleh binasakan kaisar<br />

Tat coe."<br />

Boe Kie tahu, bahwa pembantunya itu mempunyai pemandangan yang sangat luas. Ia<br />

mengangguk dan mencekal tangannya erat-erat, sebagai tanda rasa girangnya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1224

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!