20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Meskipun kaget, selangkahpun si nenek tidak mundur. Tangan kanannya meraba ke belakang<br />

dan menghunus Ie Thian Kiam dan bukan saja membabat putus Long nge pang, tapi juga<br />

membabat somplak sebagian batok kepala Chung Ceng, yang segera roboh tanpa bersuara<br />

lagi.<br />

Bukan main kagetnya para anggota Swie Kim-kie. Tapi dilain saat, segera bertindak keras, dia<br />

mengamuk. Biat Coat dan Ceng Soe semula menduga, bahwa begitu Chung Ceng dapat<br />

dirobohkan, pasukan Swie Kim-kie akan lari lintang pukang dan pasukan Ang Soei serta Liat<br />

Hwee pun akan mengundurkan diri. Tak disangka, sebaliknya daripada kabur, mereka<br />

sekarang berkelahi dengan nekat. Dalam sekejap murid-murid Koen Loen dan Go Bie sudah<br />

menjadi korban.<br />

Tiba-tiba terdengar teriakan pasukan Ang Soei-kie, Chung Kie soe telah berpulang ke alam<br />

baka. Swie Kim dan Liat Hwee mundur! Ang Soei-kie melindungi diri dari belakang!<br />

Hampir berbarengan dengan teriakan itu, pasukan Liat Hwee-kie mulai bergerak mundur ke<br />

arah barat, tapi orang-orang Swie Kim-kie masih terus bertempur.<br />

Orang itu berteriak pula, Ini adalah perintah dari Ang Soei-kie. Para anggota Swie Kim-kie<br />

mundurlah! Usaha membalas sakit hati Chung Kie soe dapat dilaksanakan di hari nanti.<br />

Saudara-saudara Ang Soei-kie mundurlah! seorang Swie Kim-kie balas berteriak. Tolong<br />

balas sakit hati kami. Tapi kami ingin hidup dan mati bersama-sama Chung Kie soe.<br />

Mendadak dari pasukan Ang Soei-kie muncul sehelai bendera hitam dan seseorang berteriak<br />

dengan suara lantang, Saudara-saudara Swie Kim-kie, Ang Soei-kie pasti akan membalas<br />

sakit hatimu.<br />

Waktu itu, sisa pasukan Swie Kim-kie hanya tinggal kira-kira tujuh puluh orang saja. Dengan<br />

serentak ia berteriak, Thung Kie soe terima kasih!<br />

Bendera-bendera Ang Soei-kie segera bergerak dan pasukan itu mulai mundur ke arah barat,<br />

dengan dilindungi oleh kira-kira dua puluh orang yang memegang bumbung yang<br />

mengeluarkan cahaya keemasan. Melihat gerakan yang mundur rapi itu, orang-orang Hwa<br />

San dan Khong Tong tak berani mengubar dan mereka lalu bantu mengepung sisa Swie Kimkie.<br />

Dengan dikurung oleh rombongan lima partai Koen Loen, Go Bie, Boe Tong, Hwa San dan<br />

Khong Tong, sisa pasukan itu tinggal menunggu ajalnya saja. Tapi demi persaudaraan,<br />

sedikitpun mereka tak gentar. Mereka terus melawan dengan tekad untuk binasa bersamasama<br />

pemimpinnya.<br />

Sesudah merobohkan beberapa musuh, In Lie Heng merasa sangat tidak tega. Silumansiluman<br />

Swie Kim-kie dengarlah! teriaknya. Jalan kamu hanya jalan mati. Lemparkanlah<br />

senjatamu! Kami akan mengampuni jiwamu.<br />

Ciang kie Hoe soe (wakil pemimpin) Swie Kim-kie tertawa terbahak-bahak. Ha ha ha Kau<br />

terlalu memandang rendah Beng kauw, katanya. Sesudah Tong Chung Toako binasa,<br />

bagaimana kami bisa hidup terus?<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 663

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!