20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

agaikan daun kering ia melayang-layang ke bawah dan kedua kakinya hinggap di bumi<br />

dalam jarak beberapa tombak jauhnya dari tempat semula.<br />

Semua orang mengawasi dengan mata membelalak dan sesaat kemudian, tampik sorak gegapgempita<br />

memecah angkasa. Belum pernah jago-jago itu melihat ilmu ringan badan yang<br />

setinggi itu.<br />

Hampir bersamaan dengan hinggapnya Boe Kie, Kong seng sudah berada di hadapannya. Apa<br />

kita sekarang boleh mulai Pie Boe? tanyanya.<br />

Baiklah. Taysoe boleh menyerang, jawab Boe Kie.<br />

Apakah kau akan menggunakan lagi siasat kabur? tanya Kong seng pula.<br />

Pemuda itu tersenyum, Jika boanpwee mundur setengah langkah saja, boanpwee sudah boleh<br />

dihitung kalah, jawabnya.<br />

Walaupun badannya tidak dapat bergerak, Yo Siauw, Leng Kiam, Cioe Tiam, Swee Poet Tek<br />

dan yang lain-lain bisa melihat dan mendengar. Perkataan Boe Kie yang terakhir itu<br />

mengejutkan mereka. Mereka berpengalaman luas, setiap pukulan Kong seng hebat luar biasa<br />

dan untuk menyambut satu pukulan saja sudah bukan urusan gampang. Menurut pendapat<br />

mereka, walaupun hebat tapi kalau mau mengharap menang, Boe Kie setidaknya harus<br />

bertempur dalam seratus jurus. Selama pertempuran itu, mana bisa ia tidak mundur setengah<br />

langkah?<br />

Boleh tak usah begitu, kata Kong seng. Yang menang, biarlah menang secara adil. Yang<br />

kalah, biarlah kalah dengan tidak merasa penasaran. Ia terdiam sejenak dan kemudian<br />

membentak, Sambutlah! Tangan kirinya mengirimkan pukulan gertakan disusul dengan<br />

sambaran tangan kanan yang meluncur ke arah Koat poen hiat di pundak Boe Kie. Itulah<br />

pukulan Na in sit. (Gerakan menjambret awan)<br />

Begitu tangan kiri Kong seng bergerak, Boe Kie sudah tahu pukulan apa yang bakal<br />

dikeluarkan. Iapun segera membuat serangan gertakan dengan tangan kirinya dan tangan<br />

kanannya menyambar ke Koat poen hiat di pundak Kong seng.<br />

Kedua lawan itu menyerang dengan pukulan yang bersamaan. Tapi dalam persamaan itu ada<br />

juga bedanya. Bedanya Boe Kie menyerang belakangan tapi tangannya sampai lebih dahulu.<br />

Pada detik jari tangan Kong seng masih terpisah dua dim dari pundak Boe Kie, jari tangan<br />

pemuda itu sudah mencengkram Koat poen hiat Kong seng yang segera saja merasa jalan<br />

darahnya kesemutan dan tangan kanannya tidak berte<strong>naga</strong> lagi, tapi Boe Kie segera menarik<br />

kembali tangannya.<br />

Untuk sejenak kemudian Kong seng jadi terpaku. Tiba-tiba kedua tangannya menyambar ke<br />

Tay yang hiat kiri dan kanan dengan gerakan Chio coe sit. Kejadian tadi terulang lagi, Boe<br />

Kie pun menyerang sepasang Tay yang hiat Kong seng dengan Chio coe sit dan seperti tadi<br />

biarpun ia menyerang belakangan, kedua tangannya sampai lebih dulu. Tay yang hiat adalah<br />

hiat besar yang bila terpukul segera mati. Dengan perlahan Boe Kie mengebut kedua Tay<br />

yang hiat lawan dan kemudian dengan sekali berbalik tangan, ia menyentuh Hong hoe hiat di<br />

belakang kepala Kong seng dengan gerakan Lo goat sit (Gerakan menjemput rembulan), yaitu<br />

pukulan ketujuh belas dari Liong Jiauw chioe.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 767

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!