20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

tentara dikota ini. Mengapa mereka mau memikul garam ditengah malam buta untuk<br />

mendapatkan keuntungan yang sangat kecil? Tak bisa jadi. Dalam hal ini pasti terselip latar<br />

belakang yang luar biasa." Memikir begitu ia terus menguntit.<br />

Berselang kurang lebih setengah jam, kawanan penjual garam gelap itu sudah melalui dua<br />

puluh li lebih. Sedikipun mereka tak merasa dibuntuti orang, karena ia berjalan dengan<br />

terburu-buru dan juga sebab yang menguntit mempunyai ilmu mengentengkan badan yang<br />

sangat tinggi.<br />

Tak lama kemudian, mereka tiba dijalanan yang berdampingan dengan pantai laut dimana<br />

gelombang demi gelombang menerjang ketepi dengan mengeluarkan suara keras.<br />

Selagi enak berjalan, mendadak salah seorang yang rupanya jadi pemimpin rombongan<br />

mengeluarkan seruan perlahan dan semua kawannya segera menghentikan tindakan. "Siapa?"<br />

bentak si pemimpin.<br />

"Apa sahabat2 dari Tiga Pinggir Air?" Balas tanya seorang yang berada di tempat gelap.<br />

"Benar, siapa tuan?" tanya pula si pemimpin.<br />

Jie Thay Giam bingung. "Apa itu, sahabat sahabat dari Tiga Pinggir Air?" tanya didalam hati.<br />

Tapi dilain saat ia mandusin dan dapat menebak bahwa "Tiga Pinggir Air" berarti "Hay-seepay"<br />

terdapat huruf "Air".<br />

"Aku menasehati supaya kamu jangan campur-campur urusan To liong to," kata pula orang<br />

yang berada ditempat gelap. ( To-Liong to Golok <strong>membunuh</strong> <strong>naga</strong> ).<br />

Si pemimpin terkejut. "Apa tuan juga datang urusan To liong-to?" tanyanya.<br />

"Hu hu hu " orang itu tertawa dingin. Dia tidak memberi jawaban.<br />

Mendengar suara tertawa itu, jantung Jie Thay Giam memukul keras. Suara itu aneh tak<br />

mungkin dilukiskan bagaimana anehnya dan begitu masuk kedalam kuping, pikiran orang<br />

yang mendengarnya lantas kalang kabut, se akan akan belasan ular bulu merayap ditulang<br />

punggung. Dengan perasaan sangat heran indap indap ia maju kedepan.<br />

Dengan matanya yang terlatih, segera juga ia melihat, bahwa ditengah jalan menghadang<br />

seorang lelaki yang tubuhnya kurus dan kecil. Karena gelap gulita, ia tak dapat melihat tegas<br />

muka orang itu. Apa yang dapat di lihatnya ialah orang itu mencekal sebatang tongkat, sedang<br />

pada pakaiannya terdapat titik titik sinar yang berkeredepan, sehingga ia menarik kesimpulan<br />

bahwa orang itu mengenakan jubah sulam.<br />

"To Liong to adalah mustika partai kami," kata pula si pemimpin Hey see pay. "Golok itu<br />

telah di curi orang dan adalah sewajarnya saja jika kami berusaha untuk mendapatkan nya<br />

kembali."<br />

Sikurus lagi-lagi tertawa dingin dan tetap menghadang di tengah jalan.<br />

Mendadak, seorang yang berdiri dibelakang si pemimpin, membentak dengan suara keras<br />

"Minggir! Dengan mencegat kami, kau hanya mencari mampus..."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 66

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!